Opini: Pariwisata Tana Toraja "Diujung Tanduk", Resistensi Masyarakat Terhadap Konsekwensi Pariwisata
Tana Toraja, LEKATNEWS -- Dambaan masyarakat Toraja sejak lama terhadap perkembangan dunia pariwisata di Kabupaten Tana Toraja, kedua setelah Bali, seakan isapan jempol belaka. Jika kita menoleh kebelakang di era 80an, Pariwisata Toraja dipuncak keemasan. Seiring berjalannya waktu, dan pesatnya teknologi era digital, kunjungan wisatawan malah merosot. Diperparah, Kabupaten-kabupaten sekitar juga ikut mengembangkan pariwisata dengan promosi yang tidak tanggung-tanggung. Keunggulan Pariwisata Toraja, dari sisi panorama dan Budaya yang luar biasa, tak lebih menarik dari dibukanya istana mainan air, seperti Water Boom, dan arena ketangkasan lainnya di daerah lain Jelang Pilkada 2024, beberapa pihak yang masih merindukan Pesona Wisata Toraja kembali mewacana. Dulu kendala jarak tempuh ke Toraja hingga 8-10 jam, kini terjawab dengan adanya Bandara Toraja. Lantas, kendala apa lagi yang membuat Pariwisata Toraja seakan "stunting"? Inilah yang butuh refleksi dan inovasi bagi para kandidat kalau mau meningkatkan Pariwisata Toraja. Kehadiran THM bahkan dianggap sebagian kalangan bukan bagian investasi dunia pariwisata. Jika kita berkiblat ke Bali, begitu taatny masyarakat menganut Agama dan Adatnya, tapi bisnis pariwisata justru berkembang pesat. Hiburan dan ketangkasan untuk siapa? penggalan kalimat diskusi di sebuah grup komunitas masyarakat Toraja, sempat menghentakkan logika. Sudah siapkah kita masyarakat Toraja dan khusus Tana Toraja menerima segala Konsekwensi dunia pariwisata dan bisnis pariwisata Tana Toraja?.(tim/red)