Makale, LEKATNEWS -- Pilkada telah berlalu, itu selalu kita dengar disana-sini, namun ekses dari gawean politik sekelas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) masih saj dirasakan, mungkin hingga akhir pemerintahan Bupati Theo (2021-2026) atau jika tidak memenuhi masa akhir pemerintahan karena Pilkada berikutnya maka Bupati/Wakil Bupati akan diberi "Pesangon" atas masa tugas yang tidak dilaksanakannya karena UU Pilkada,misalnya.
Terkait isu pengunduran diri Direktur (BLUD) RS Lakipadada, menjadi perbincangan hangat banyak kalangan dan telah menjadi isu hangat (Hot Issue) diawal pemerintahan Theopilus Allorerung. Namun surat pengunduran diri Direktur RSUD Lakipadada belum diketahui Sekda Tator,saat dikonfirmasi, Jumat (12/3/2021).
Dokter Syafari adalah "Pejuang Melawan Covid-19" diawal munculnya wabah itu di Bumi Lakipadada, berhasilkah dia? Tentu, dikala Rumah Sakit (Swasta) tidak membuka diri, inovasi dokter Syafari melawan itu beserta Komponen Satgas yang aktif berjibaku diawal. Saat tidak adanya ruang khusus merawat pasien terpapar Covid-19, dr Syafari berhasil " Menyulap" bangunan belum selesai menjadi "Infection Center", haruslah menjadi "Tolok-ukur" dalam penilaian kinerja (Baca: Buruk) tentunya!
Kembali ke "Pengunduran Diri" Syafari, beberapa hari ini tidak merespon panggilan dan pesan. Publik hanya dapat mereka-reka, apakah ada ketersinggungan, ketidak-percayaan terhadap pemimpin, trauma akan kejadian ditahannya 8 orang terkait BBK di tahun 2013, ataukah ada hal ini, hanya dr, Syafari yang tahu, kita hanya dapat menunggu? (FB)
Pilkada telah berlalu, namun apa penyebab Bupati "Uring-uringan" kepada Pejabat di kesempatan pertama pertemuan di Gedung Tammuan Mali' (1/3), ataukah terlalu banyak "Pembisik"?
Waspada, menunjukan sikap "Pemimpin Bijak" jauh lebih baik, ketimbang, diawal sudah menilai dengan kata "Buruk"? Siapa yang Buruk selama ini?
Terkait isu pengunduran diri Direktur (BLUD) RS Lakipadada, menjadi perbincangan hangat banyak kalangan dan telah menjadi isu hangat (Hot Issue) diawal pemerintahan Theopilus Allorerung. Namun surat pengunduran diri Direktur RSUD Lakipadada belum diketahui Sekda Tator,saat dikonfirmasi, Jumat (12/3/2021).
Informasi yang diperoleh dari sumber yang sangat layak dipercaya, mundurnya direktur terkait kata "Buruk".
"Iya benar, dia (dr.Syafari) mengundurkan diri, padahal dia telah memberikan surplus 18M dalam masa pengelolaannya"ungkapnya usai bertemu dr.Syafari. Prestasi yang luar biasa dari pengelolaan sebelumnya.Sangat disesalkan apabila figur pengelola yang produktif malah mundur karena ungkapan atau penilaian "Prematur" dari seorang yang dikatakan "Pemimpin".Dokter Syafari adalah "Pejuang Melawan Covid-19" diawal munculnya wabah itu di Bumi Lakipadada, berhasilkah dia? Tentu, dikala Rumah Sakit (Swasta) tidak membuka diri, inovasi dokter Syafari melawan itu beserta Komponen Satgas yang aktif berjibaku diawal. Saat tidak adanya ruang khusus merawat pasien terpapar Covid-19, dr Syafari berhasil " Menyulap" bangunan belum selesai menjadi "Infection Center", haruslah menjadi "Tolok-ukur" dalam penilaian kinerja (Baca: Buruk) tentunya!
Video:
Perwajahan Baru RSUD Lakipadada (Ist)
Kondisi pembangunan di RS Lakipada sangat pesat, termasuk penataan parkir dan pegelolaan parkir oleh CV. Multi Visual Ismi Sejahtera, dimana sebagai "Pioner" pengelolaan Parkir Profesional pertama di Toraja, akankah terus berbenah "Sepeninggal" Syafari, itu butuh sentuhan dan inovasi "Enterpreunership".
Kembali ke "Pengunduran Diri" Syafari, beberapa hari ini tidak merespon panggilan dan pesan. Publik hanya dapat mereka-reka, apakah ada ketersinggungan, ketidak-percayaan terhadap pemimpin, trauma akan kejadian ditahannya 8 orang terkait BBK di tahun 2013, ataukah ada hal ini, hanya dr, Syafari yang tahu, kita hanya dapat menunggu? (FB)