Kerap Terima Limpahan Sampah Kiriman, Pimpinan PLTA Malea Tekankan Tanggungjawab Bersama Jaga Lingkungan Toraja
Tana Toraja, LEKATNEWS -- Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara sejak Selasa hingga Rabu (21–22/10/2025) membawa sampah membuat pintu air Bendungan PLTA Malea kembali dipenuhi tumpukan sampah.
Pimpinan PLTA Malea, Victor Datuan Batara (VDB), mengungkapkan sampah rumah tangga dan plastik yang memenuhi bendungan itu berasal dari aliran sungai di dua kabupaten tersebut.
“Tadi pagi ada lima truk sampah yang kami angkat dari pintu air Malea. Setiap debit air naik, kiriman sampah dari hulu juga meningkat,” ujar Victor, Rabu (22/10/2025).
Ia menuturkan, pembuangan sampah ke sungai oleh warga menjadi penyebab utama penumpukan material di bendungan setiap musim hujan.
Kondisi itu kerap menghambat aliran air, mengganggu operasi bendungan, serta menimbulkan bau tidak sedap di sekitar area PLTA Malea yang berlokasi di Lembang (Desa) Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
“Sampah plastik, limbah rumah tangga, dan bahkan potongan kayu terbawa arus. Kami bersihkan setiap hari, tapi volume sampah terus datang,” tambahnya.
Menurut Victor, pihaknya telah rutin melakukan pembersihan bersama tim lapangan, namun penanganan jangka panjang memerlukan dukungan nyata dari pemerintah daerah.
“Perlu penyediaan tempat pembuangan sampah yang memadai dan armada pengangkut yang beroperasi rutin. Tanpa itu, sungai akan terus jadi tempat buang sampah,” tegasnya.
Ia juga menyoroti rendahnya kesadaran sebagian warga terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Kebersihan harus dibudayakan. Jangan lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah. Dampaknya tidak hanya ke PLTA, tapi juga ke masyarakat sendiri,” kata Victor.
Dalam video yang diunggah Victor melalui akun Facebook-nya, tampak jelas aliran sungai di sekitar bendungan dipenuhi sampah plastik dan benda ringan yang mengapung di permukaan air.
Ia berharap pemerintah daerah, komunitas lingkungan, dan masyarakat dapat berkolaborasi melakukan edukasi, aksi bersih sungai, serta memperketat pengawasan dan penegakan aturan pengelolaan sampah agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap musim hujan.
“Ini bukan sekadar urusan perusahaan, tapi soal tanggung jawab bersama menjaga alam Toraja,” tutup Victor.(*/red)

