![]() |
(Minggu dengan latar Monumen Lakipadada) |
Kisah Minggu, Penjaja Kopi Toraja, Hujan Adalah Peluhnya, Terik Matahari Bak Pancaran Semangat
Tana Toraja, LEKATNEWS -- Tatkala kita melintasi Plaza Kolam Makale, terkadang kita melihat sosok pemuda penjaja kopi yang dengan ramahnya menawarkan jualannya pada setiap orang yang ditemuinya.
Minggu, demikian dia menyebut namanya. Yang mengingatkan kita akan hari ketujuh, harinya Tuhan, hari beribadah umat Kristen.
Hujan adalah peluhnya, dan terik matahari bak pancaran semangatnya menjajakan jualannya, Kopi Toraja.
Dikala hujan, kepalanya yang selalu memakai topi rimba ditutupi dengan kantong plastik kecil, sekedar untuk menutupi kepalanya dari derasnya hujan yang membasahi kota Makale yang setiap hari dilaluinya.
"Dari Tapparan, Rantetayo" jawab lelaki Minggu yang gemar olahraga Domino, saat ditanya kampung asalnya.
Sesekali terlihat dirinya mangkal di belakang kantor DPRD Tana Toraja untuk beristirahat atau menawarkan jualannya pada komunitas Wartawan yang sering berada disana. Bahkan tak segan-segan, dirinya menawarkan untuk langsung menyajikan kopi yang disebutnya di pantri DPRD.
Terkadang dirinya asyik berdiskusi bahkan berdebat dengan beberapa wartawan, dirinya pun mengaku pernah menjalani profesi wartawan saat dirinya masih di Kalimantan.
Walaupun dirinya mengaku hanya tammat SMP, karena saat di kelas 2 SMA berhenti sekolah, karena tidak serius sekolah, akunya.
Besar di Makassar, dan kembali ke kampung halaman tidak membuat dirinya gengsi, semua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Itulah sepenggal kisah kegigihan penjaja kopi di Makale yang tidak kenal lelah dan gengsi.
Dirinya berharap ke depan dirinya bisa lebih mandiri dari sekarang yang hanya membantu kerabatnya menjajakan kopi dan sedikit keuntungan selisih dari setoran dan biaya hidup, curhatnya, saat ditanyai, Sabtu (22/6/2024).
Adakah kita yang peduli?.(FB/red)